*Anuwar : Benih Gejolak Ini Sudah Terbangun Lama
MUSI RAWAS-Ancaman masyarakat Lembak bagian dari Kabupaten Rejang Lebong untuk eksodus dan memilih bergabung ke Kabupaten Musi Rawas (Mura) dinilai wajar. Sebab isu ini sudah lama berkembang dan pada kenyataannya masyarakat Lembak mempunyai hubungan emosional yang sangat erat dengan Kabupaten Mura termasuk Kota Lubuklinggau Provinsi Sumsel.
Penegasan ini disampaikan H Anuwar Rasyid, Asisten IV Setda Mura yang juga mantan Camat Kota Padang Kabupaten Rejang Lebong. Saat dikonfirmasi Musirawas Ekspres kemarin (26/8), Anuwar Rasyid mengungkapkan antara masyarakat Lembak dengan Musi Rawas banyak kesamaan atau keseragaman yang menunjukkan rumpun yang sama.
“Banyak kesamaan masyarakat Lembak dengan Musi Rawas. Mulai dari kultur budaya, seni bahkan bahasa yang paling kentara. Selain itu kondisi geografis juga menambah keterkaitan yang sangat erat antara keduanya termasuk dengan Kota Lubuklinggau,” jelas Anuwar yang pernah menjabat Camat Bermani Ulu itu.
Makanya wajar saja jika masyarakat Lembak mempunyai pikiran untuk gabung ke Musi Rawas. Nah terhadap hal ini menurut mantan Kasat Pol PP Kabupaten Rejang Lebong itu sebenarnya isu lama yang kembali dihembuskan atas dasar komulatif kekesalan masyarakat.
“Benih gejolak ini sudah terbangun lama dan tinggal menunggu waktu mencuat saja. Tepatnya ketika terbentuknya Provinsi Bengkulu sudah ada kekhawatiran masyarakat Lembak muncul gejolak yang membuat mereka ingin kembali ke Sumsel,” paparnya.
Diungkapkan Anuwar yang juga pernah menjabat Kabag Umum Setda Rejang Lebong itu sebenarnya ada tiga opsi besar terkait dengan masyarakat Lembak yang sejauh ini memang seakan kurang mendapatkan perhatian lebih dari Pemprov Sumsel maupun Pemkab Rejang Lebong.
“Opsi pertama atau bisa disebut konsentrasi utamanya yakni harga mati masyarakat Lembak keluar dari Bengkulu memisahkan diri gabung ke Sumsel dalam hal ini Musi Rawas atau Lubuklinggau. Namun opsi ini sulit karena apakah bisa mengikuti aturan perundangan yang berlaku. Kalau pun bisa bagaimana caranya dan kapan bisa terealisasi,” ungkap Anuwar.
Makanya opsi ini lambat laun memudar dan muncul opsi kedua yakni berjuang terbentuknya Provinsi Sumatera Tengah dimana masyarakat Lembak, termasuk di dalamnya Pemkab Rejang Lebong dan beberapa kabupaten di Sumsel.
”Namun opsi ini lagi-lagi teredam dengan adanya opini baru akan dibentuknya Kecamatan Lembak,” tegasnya.
Puncaknya muncul opsi ketiga yakni pemekaran untuk membentuk Kabupaten Lembak.
“Tapi untuk opsi ini apakah bisa? Kalaupun bisa bagaimana dan kapan sebab banyak yang harus dipenuhi mulai dari beberapa kesiapan misalnya luas wilayah, jumlah penduduk, potensi daerah dan lainnya. Makanya opsi ini juga lambat laun memudar. Nah kini kembali mencuat khususnya opsi pertama yakni bergabungnya masyarakat lembang ke Sumsel seperti semua,” tegasnya.
Selain itu juga menurut Anuwar Rasyid gejolak masyarakat Lembak tersebut dipicu satu hal yang sangat prinsif.
”Intinya semua berakar pada belum adanya keseimbangan terutama dalam pembangunan dimana sejauh ini pembangunan kawasan Lembak tidak sama bahkan jauh tertinggal dari wilayah lainnya. Termasuk adanya kesenjangan antara hak masyarakat dengan kewajiban pemerintah. Makanya solusi dan langkah yang menjadi harga mati untuk dijalankan yakni Pemprov Bengkulu dan juga Pemkab Rejang Lebong lebih konsentrasi dalam keseimbangan strategis,” sarannya.
Lebih jelas menurut Anuwar pembangunan di kawasan Lembak harus lebih digiatkan dan porsinya benar-benar disesuaikan dengan potensi daerah disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar.
”Bukan rahasia umum lagi masyarakat Lembak ini sangat dekat dengan kawasan transaksi dan aktivitas perekonomian di Musi Rawas dan Lubuklinggau. Nah ini harusnya menjadi potensi untuk dikembangkan sehingga masyarakat Lembak bisa ikut terdongkrak bukan hanya bisa sebatas memanfaatkan fasilitas di daerah lain,” katanya.
Yang pasti menurut Anuwar, Lembak adalah kawasan yang sangat potensial sebagai gerbang kawasan timur baik itu gerbang perekonomian, sosial maupun budaya. Nah inilah menurutnya harus dikembangkan.
”Ada empat opsi pengembangan Lembak sebagai gerbang kawasan timur,” paparnya.
Pertama yakni membuka akses seluas-luasnya antara Kota Padang dengan Kecamatan Muara Beliti yang bakal menjadi pusat perekonomian Kabupaten Mura dengan terbangunnya Agropolitan Centre dengan aksesnya. Kemudian gerbang antara Kota Padang dengan Tanjung Ning Kabupaten Empat Lawang.
”Selanjutnya gerbang antara Padang Ulang Tanding dengan Kota Lubuklinggau dan selanjutnya Bukit Batu dengan Ulu Selangit, Musi Rawas yang bisa juga langsung mengakses ke Kota Lubuklinggau. Nah inilah yang harus difokuskan untuk dikembangkan sehingga akses mastarakat Lembak benar-benar makin terbuka dengan daerah lain sehingga otomatis akan merangsang pertumbuhan ekonomi yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lembak ini nantinya,” pungkas Anuwar. (ME-02)
Saya sepakat dengan Pak Anuar, bahwa tidak ada satupun kesamaan yang dapat dipersatukan dengan warga RL. Bahasa, budaya, kedekatan wilayah, perdagangan, aktivitas ekonomi, dan mobilitas penduduk.Ke-6 hal tersebut tidak terkait sekali dengan RL. Saya pikir wajar-wajar saja jika warga lembak lebih memilih Lubuk Linggau. Kab. RL hendak mengkaji ulang, bahwa lebih dari 40 tahun bergabung dengan RL apa yang telah diperbuat untuk warga LEMBAK. Wilayah lembak hanya menjadi perhatian terakhir, terlihat dari pembangunan sarana prasarana yang sangat timpang dibandingkan dengan wilayah Rejang. Hal inilah yang membuat kecemburuan sosial yang sangat tinggi, terlebih lagi di dalam tubuh pemerintahan di RL didominasi oleh etnis Rejang, sementara warga lembak disingkirkan.
BalasHapusDr. Kamaludin, SE., MM
Dosen FE UNIB